Senin, 26 Mei 2014

Live is Adventure

Pukul 11.00 pagi, entah aku harus mengatakan ini siang atau pagi. Bagiku hari-hari yang ku lalui akhir-akhir ini begitu cloudy. Padahal Jakarta siang ini begitu panas. Memang selalu diwarnai dengan suasana panas dan gerah. Hampir 2 bulan aku menyandang status single setelah 2 bulan yang lalu kami resmi berpisah. Ya benar, aku dan suamiku memutuskan untuk bercerai, perceraian memang menyakitkan untuk kalangan apapun, terlebih dengan status baruku, single parent. Anakku sekarang usianya 2 tahun dan satu lagi adiknya berusia 1 tahun. Aku dan suamiku sepakat hak asuh anak pertama ada bersamaku dan si bontot anakku bersama ayahnya. Keluarga begitu kecewa dengan keputusan kami berdua. Karna korbannya adalah anak kami sendiri. Aku tidak menginginkan perceraian ini. Tapi bagaimana bisa, suamiku yang aku kenal sejak 3 tahun silam itu bermain api di belakangku bersama wanita lain. Wanita itu tidak lain adalah adikku sendiri.
Aku tidak tahu mengapa Tuhan memberi cobaan seberat ini, apakah adikku masih pantas untuk aku panggil sebagai saudara kandungku ?
Suamiku bajingan, ia tidak bisa melihat mana kawan mana lawan .
Usia pernikahan kami yang baru saja berjalan 2 tahun 6 bulan ini, tidak layak untuk aku sebut bahwa ini adalah pernikahan sakral.
Aku tidak menyumpahinya dengan sumpah serapah yang bertubi-tubi. Aku hanya bertitip, anak bungsuku harus dirawat dan dibesarkan dengan kasih sayang dan cinta yang tulus, meskipun anakku akan mendapatkan kasih sayang dari ibu tirinya yang berawal dari skandal mantan suamiku dan adikku.
Aku sekarang tinggal di apartment yang dekat dengan rumah ibuku bersama anak pertamaku. Proses perceraian kami sedang berjalan. Aku berharap Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untuk aku dan anak-anakku.
Karna aku yakin dibalik masalah ini akan ada jalan keluar terbaik yang menanti kami (aku dan anak-anakku).

Inspiring by Ms. Hanna, 23 yo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar