Sore itu terlihat awan putih berubah menjadi warna kelabu. Mendung menjadi jawaban saat itu. Tampak di sebelah barat sana, hujan sudah mengguyur bandung raya dengan deras. Aku berencana hari ini akan pergi bersama kawanku yg sudah lama menunggu di tempat biasa untuk sekedar mengopi di Starbuck Coffee .
Ponsel aku pun berdering,
" Halo.. "
"Nge, lo dimana ? Gue udah mau jamuran nih nungguin lo ! "
" Sabar..."
" Kenapa gue disuruh sabar ? "
" Ingat orang itu disayang Tuhan. "
" Ah baku banget sih lo ! Lo kenapa ?"
" Bahas nanti aja, gue cabut sekarang ! "
Aku pun pergi menuju ke arah bandung tengah, dimana Raisa kawanku berada disana. 20 menit kemudian aku sampai tepat berada dihadapan Raisa.
Raisa nampak bahagia menyambut kedatanganku yang berwajah kelabu ini.
" Lo kenapa ? Coba ceritakan pada kawanmu ini " tanya Raisa sambil membelai-belai rambut sebahuku ini.
" Gue... "
Belum sempat aku menceritakan kisah laraku ini, Raisa sudah memotong pembicaraan.
" Eh sebentar Nge, gue dapat kabar bahagia buat lo ! "
Raisa pun memberikan sebuah kotak yang berisi foto-foto aku bersamanya. Aku pun dibuat bingung oleh kegirangan Raisa.
" Maksudnya apaan Ra ? " tanyaku sambil memegangi foto-foto itu.
" Gue takutnya lo kangen gue nanti ! " jawab Raisa cengar-cengir.
" Kita putus Ra ? " tanyaku dengan raut serius dan intonasi bercanda.
" Huss ! Enak aja. Gue mulai lusa akan terbang ke kuala lumpur, karna gue resmi jadi karyawan majalah populer di sana. " jawab Raisa dengan sumringah, tanpa memikirkan perasaanku yang hampir berkeping-keping, hancur menjadi tepung terigu yang kasar.
Aku pun tersenyum, tanda tak ikhlas.
" Kok lo diam doang, lo gak senang apa kawan lo ini bakal jadi tim editor di sana ? " tanya lagi Raisa dengan nada kecewa.
Aku pun menjawab pertanyaan Raisa dengan bijak.
" Gue senang banget kali Ra, tapi lo udah persiapkan semuanya kan ? Lo butuh bantuan apa nih dari gue ? "
Kini Raisa yang memperlihatkan wajah murungnya, dan aku yakin akan ada pertanda buruk yang keluar dari mulutnya.
" Mata lo gak bisa bohong Nge, gue kenal lo jauh dari sebelum lo pacaran sama Armand ! "
Sontak aku kaget, saat Raisa nyebutin nama Armand.
Ya, Armand adalah mantan pacarku yang paling aku sayangi, sampai rasa sayang itu menjelma menjadi kebodohan untukku.
" Maksud lo Ra ? " tanyaku yang berharap Raisa tidak mengetahui masalah aku dengan Armand.
" Lo bodoh Nge ! Bodoh ! Rasa sayang lo itu, Armand manfaatin dengan dia balik menaruh kecurigaan dan seolah bersifat protect sama lo ! " jawab Raisa dengan kekesalan yang meluap dihadapan mukaku.
Aku berusaha menahan tangis air mata ini, jangan sampai Raisa melihat aku gak bisa bangkit dari rasa kekecewaan ini.
" Gue sudah duga Ra, gue baru sadar kemarin malam itu Ra ! " jawabku berusaha tegar.
" Gue bilang juga apa Nge ! Dan gue capek ngasih tahu lo nya itu. " tukas Raisa sambil menyeruput cappucino latenya yang hampir dingin.
Aku dan Raisa detik itu juga saling diam. Aku asyik memainkan sedotan yang ada di atas cupku, dan Raisa asyik dengan gadgetnya.
Suasana seketika mencair saat Armand tidak sengaja masuk kedalam Starbuck Coffee yang tanpa diketahuinya aku dan Raisa duduk tepat berada di samping etalase kopi-kopi, dan ia tidak sendirian melainkan bersama wanita yang disinyalir wanita itu adalah teman SMAnya Armand sekaligus sepupunya temannya kuliahnya Raisa yang tinggal di surabaya (seribet itukah silsilahnya?).
Aku dan Raisa memasang wajah dan ekspresi kaget. Raisa hampir mau melempar Armand dengan piring kecil yang masih berisi potongan rainbow cake namun niatan itu Raisa urungkan karna menurutnya harga piring kecil dan rainbow cake milik Starbuck Coffee itu lebih mahal dari pada harga dirinya Armand, dan aku melempari dengan gulungan kertas. Dan gulungan kertas itu tepat sasaran, sayangnya bukan pada Armand melainkan dosen bebuyutanku yang pernah mengajarku semasa kuliah S1 dulu yang memang duduknya searah dengan Armand yang sedang memesan minuman.
" Haduh Nge, lo lihat itu kena dosen lo itu si Rafan ! "
Begitulah Raisa, tidak pernah memanggil dosen dengan awalan Pak atau Bu.
" Mampus gue ! Itu pak Rafan yang sering banget nyuruh gue ngerjain soal-soal absurd. " jawabku dengan menundukkan kepalaku agar pak Rafan sulit untuk melihatku.
" Lagian ngapain si Rafan ke tempat ini ?" Tanya Raisa disela kepanikanku ini.
Armand pun nampak risih mendengar kebisingan dari sumber suara yang diduga bisingnya hanya di tempat aku dan Raisa duduk.
" Heh, lo lihat deh Ra, Armand lihat ke arah kita itu ! " Seru aku makin panik.
Raisa pun beradu pasang mata dengan Armand yang jaraknya tidak begitu jauh.
" Gue akan urus semua ini ! " tukas Raisa sambil meninggalkanku sendiri dan berjalan dengan gagahnya yang tak lupa dibantu dengan wedges 7cm nya.
Raisa pun mengahampiri Armand dan dari tempat dudukku terdengar suara tamparan yang begitu crunchy dan krezzz seperti di iklan-iklan tv.
Plak....
" Itu adalah tamparan yang begitu manis dan harmonis. " teriak Raisa hingga aku pun dapat mendengar tamparan dan perkataan Raisa yang membuatku ingin sekali memanggil Jaya Suprana dan memberikan penghargaan rekor muri untuk kawanku Raisa yang berjiwa patriot.
Plak....
Sekali lagi aku mendengar suara tamparan yang paling merdu di sejagad alam Starbuck Coffee.
" Dan terakhir tamparan yang begitu elegan. " teriak lagi Raisa, yang mengundang aku untuk turun tangan (bukan untuk menampar).
" Cukup cewek gila! "
Armand pun angkat bicara dan memegang tangan Raisa hingga Raisa mengerang kesakitan.
Aku pun menghampiri mereka. Dan melepaskan tangan Armand.
Pihak Starbuck Coffee hampir mengeluarkan kami dari tontonan orang-orang yang ada disekitar yang sedang mengopi, namun sayangnya salah satu waitress di sana malah mengurungkan niat baik rekan kerjanya itu.
Waitress A : Helmi, lo mau kemana ?
Waitress B : Gue mau ngamanin orang-orang itu Bud !
Waitress A : Jangan, awas lo minggir ! Lo mau masuk juga ke video amatir gue ini ?
Waitress B : Hah ? Lo rekam orang-orang itu ?
Waitress A : Iya awas lo minggir ! Keburu udahan ini debatnya.
Ternyata mereka menjadikan perkara ini untuk hiburan mereka. Miris.
Armand nampak kaget saat melihatku. Wanitanya pun ikut kaget. Raisa kaget. Aku pun kaget, kenapa mereka terkaget-kaget seperti itu melihat aku turun ke dalam permasalahan ini.
" Ar, Raisa itu baik. Tega kamu ninggalin Raisa yang sebentar lagi dia jadi calon ibu dari anak kamu, dan kamu akan jadi calon ayah dari anak yang sedang Raisa kandung. Tolong berpikirlah yang jauh Ar, jangan hanya ingin memanfaatkan dengan sifat kamu yang seolah protect. "
Raisa, Armand dan wanita itu benar-benar semakin terkejut dengan pesona aktingku yang membuat semuanya makin runyam. Raisa sepertinya malah ingin menamparku, tetapi langsung aku tangkis dan aku arahkan ke perutnya Raisa yang memang terihat buncit karna kembung kebanyakan meminum kopi dan menahan kencing.
Aku pun mengarah pada wanita itu, dan tampaknya wanita itu hampir menangis melihat aktingku ini yang mampu menghipnotisnya. Seharusnya Raam Punjabi melihat aktingku ini.
" Mbak, maaf aku gak kenal siapa mbak, tapi sebagai sesama wanita, pahamilah bagaimana perasaan seseorang yang diming-imingi dengan kebahagiaan masa depan dan tanggung jawab seorang pria."
Air mata akhirnya resmi menetes di pipi wanita itu, dan Armand langsung memohon-mohon pada wanitanya agar tidak mempercayai semua perkataanku.
Namun sayang, wanita itu menampar renyah Armand sang mantanku ini. Dan pergi meninggalkan kata klasik,
" Terimakasih, kamu bukan hanya meniduriku saja tetapi kamu menanam penderitaan pada perempuan itu ! Kita putus ! "
Raisa tidak terima dengan perkataan wanita itu yang menuduh bahwa Raisalah kekasih Armand yang sudah dikhianati itu, dan sepatu wedges 7cm itu hinggap di kaki kananku dengan...
" Aww ! Sakit Ra ! " aku pun menjerit.
Armand kini hanya melihat tingkah aku dan Raisa yang terlihat natural beraktingnya. Karna itu bukan akting, melainkan sesungguhnya.
" Cukup ya Nge, lo buat hubungan gue runyam sama cewek gue ! " Armand pun menunjuk ke arah gue.
" Bagus kalau gitu, jadi kita satu sama Ar." Jawabku puas.
Aku dan Raisa akhirnya pulang, dan lusanya aku tampak tegar saat mengantarkan Raisa ke bandara Soetta.
" To : Raisa kawanku
Aku akan menyusul ke KL setelah aku lulus S2 ini, terimakasih kawan atas segala jasa terindahmu semasa kita berada di Starbuck Coffee satu tahun silam yang lalu.
From : Unge. "