Kamis, 05 Februari 2015

Basa-Basi Hidup

Pagi ini gue berangkat dengan wajah yang gembira, gadis fresh grad ini siap untuk melalui hari-harinya yang begitu bebas, bebas dari nestapa bangun dipagi hari,ujian akhir semester,tugas deadline. Lalu gue bergumam, “Gue siap! Siap menjadi sarjana berkualitas menjadi seorang women big boss !”
Ternyata itu hanya angan-angan gue saja...
1 bulan berlalu
3 bulan berjalan
5 bulan telah datang
Rasanya gue ingin kembali lagi menjadi seorang mahasiswi yang cantik,smart dan penuh semangat. Tapi...saat gue menyandang gelar sarjana terdidik, semangat dan smart gue ini seolah mulai pudar, untung saja kecantikan ini masih tetap melekat kuat pada wajah gue (he he).
Gue menyambangi berbagai perusahaan yang katanya perusahaan tersebut berkualitas sesuai calon pelamarnya,sarjana berkualitas. Sumber yang gue dapat beraneka ragam,mulai dari berbagai surat kabar,situs web dari A hingga Z sampai job fair yang paling ngehits. Hasilnya adek-adek...? NIHIL. Kakak menyarankan lebih baik adek-adek cari om-om yang berguna dan mau mencarikan perusahaan yang siap untuk diteruskan oleh kalian. Ingat !! adek-adek jangan jadi karyawannya, melainkan jadi ibu bosnya (^^v).
Putus asa ? itu sudah pasti, gue harus datangin perusahaan mana lagi, hampir tiap sudut dan wilayah gue datangi, tapi mereka meng under estimate sarjana berkualitas ini.
“Pak, bapak belum melihat keahlian saya yang lebih dalam lagi pak, itu baru psikotest kan pak, test kesehatannya belum kan pak ?”
Saat gue sedikit memohon kepada bapak tersebut yang tidak ingin menjadikan gue ini sebagai calon pegawainya.
“Maaf, anda sudah gagal ditahap psikotest ini, apalagi yang mau saya harapkan dari anda ini?”
Jawaban bapak tersebut membuat gue ingin mencabik dan mencukur habis kumis tebalnya itu.
Gue bergumam dalam hati gue ini,
“Ya Awloh, baim tau baim ini pintar,tapi kenapa bapak kumis baplang itu tidak mau menerima baim. Maafin baim ya Awloh udah ngata-ngatain bapak kumis tebal itu”
Pulang ke rumah dan membawa berita kurang happy itu sudah menjadi makan siang mungkin makan malam untuk keluarga tercinta gue ini.
“Bu, aku pulang...” teriak gue dari pintu belakang yang langsung menembus ke arah dapur.
“Ibu gak mau denger lagi cerita kamu Nge. Ibu udah tau kok,muka ditekuk dan air liur yang menetes itu pertanda buruk buat ibu.”
Jawaban ibu kocak, tapi sebentar bu, ada panah yang menancap ke arah dada Unge. Rupanya itu adalah ungkapan kurang menyenangkan dari nyokap gue. Gue semakin terkulai lemas, gue langsung mengambil gelas kesayangan gue dan gue taruh diatas dispenser, lalu dituangkanlah secercah kehidupan untuk gue, yak benar, air putih asli dari air galon.
Tempat tidur adalah tempat dimana gue bisa curhat dengannya, yap benar, bantal mana bantal tidak lupa aku memanggil guling, kasihankan bantal tanpa guling itu seperti sayur tanpa pecin.
Tak terasa rupanya jam menunjukkan pukul 5 sore, ternyata gue tidur 4 jam. Ibu pasti marah-marah sama gue. Gue pun turun dari tempat tidur gue, lalu langsung mandi. Gue pun menuju ke arah bawah, ruang keluarga, gue pengen nonton tv kira-kira ada lowongan kerja untuk sarjana berkualitas tidak ya...
Gue mendengar suara cekakakan di ruang tamu depan, sepertinya itu temen-temen arisannya nyokap, tapi kok ada suara yang ngebass gitu yah, apa ada bapak-bapak arisannya juga ya.
“Oh ya tante, Bunga kerja dimana sekarang dia,kan kata tante dia udah diwisuda?!”
Baru saja tv dinyalakan, gue mendengar suara yang ngebass itu menyebut-nyebut nama gue. Tapi gue gak perduli,selama itu bukan penawaran kerja gue males.
“Kebetulan dikantorku lagi butuh satu orang untuk back office tan.”
Back office??? Itu sepertinya mengarah ke pekerjaan.
Cari muka. Benar tepat sekali, mudah-mudahan ibu belum memberi jamuan untuk tamu-tamunya itu. Gue akan membuatkan minuman untuk mereka. Gue langsung bergegas ke dapur dan membuatkan 4 gelas minuman, exclude ibu.
“Silahkan minumnya, maaf di rumah kami ini hanya ada minuman seperti ini saja, kalau mau jus lupa belum beli buah-buahannya,he he he.”
Tawa garing gue ini sepertinya membuat ibu keheranan sama gue.
“Unge ini ya, belum ibu suruh kasih minuman udah buatin duluan,pintar anak ibu kalau udah menganggur lama itu.”
Bagus dalam hati gue, dengan ibu membuka aib gue,semakin cowok bersuara bass itu memberi peluang besar buat gue.
Ibu tidak mempersilahkan gue untuk duduk disampingnya, tapi gue berharap ibu mau memperkenalkan gue dengan tamu-tamunya itu.
“Hee hee”
Gue terus memasang wajah cengar-cengir dihadapan ibu dan 2 tamunya itu.
“Hai Bunga ya ini?” tanya cowok itu sambil meraih tangan gue untuk ia jabat.
“Halo iya aku Bunga,ini siapa ya bu ?” gue pun meraih tangannya dan sambil berpaling kearah wajah ibu dengan wajah serius gue ini.
“Kok tanya ibunya sih Bunga, aku Fernan.”
Saatnya dan beraksi.
“Oh jadi Fernan ini kerja di perusahaan itu ya? Boleh aku titip aja cvnya ke kamu Fer?”tanya gue dengan penuh harap.
“Tentu Bunga, sini bawa aja!”
Dengan suka cita gue berjalan menuju kamar gue dan dengan sigap mengambil segambreng cv gue.
Mereka pun berpamitan untuk pulang dan tak lupa mereka membawa buah tangan dari gue, amplop coklat berisi curriculum vitae dan teman-temannya.
2 minggu kemudian gue terus bertanya sama nyokap, kemana Fernan kenapa dia hingga saat ini belum memberi kabar untuk gue.
Ponsel gue berdering, gue berharap itu Fernan.
“Halo..”
“Halo benar dengan Bunga Sastawijaya saya berbicara?”
“Iya benar, dengan siapa ini?”
“Saya Fernan Utomo dari PT Pertamax Gans, ingin memberitahukan bahwa saudari Bunga Sastawijaya bisa mulai bekerja di perusahaan kami mulai besok pukul 8 pagi.”
Sepertinya suara ini gue kenal, ini si Fernan sok berlagak jadi customer service lagi.
“Fer ini kamu kan? Kok isengin gue sih?”
“Ha ha ha iya Bunga, sorry ya, tapi ini beneran kok besok kamu sudah bisa kerja dikantorku,gimana setuju?”
Gue tertawa layaknya gadis manis. Gue pun bercerita pada ibu, bahwa besok gue mulai bekerja dikantornya Fernan. Sepertinya ibu bahagia deh sekarang.
3 bulan berlalu....
Gue menikmati pekerjaan gue ini, gue mulai akrab dengan karyawan-karyawan lainnya,gue gak bisa bohongin diri gue, bahwa gue masih ingin bekerja disini.
Tapi, ada satu hal yang membuat gue gak suka dengan suasana saat ini, tingkah Fernan mulai aneh sama gue, Fernan mulai sering bbm gue dimalam hari, terutama hanya untuk bilang,selamat malam dan jangan lupa makan. Klasik.
Fernan tahu bahwa gue sudah menyandang status pengangguran terdidik selama 5 bulan dan jomblo miris selama satu tahun, kurang lebih total penderitaan gue itu adalah 17 bulan. But, i’m still happy.
“Nge, pulang bareng gue yuk sekalian cari makan juga!”ajak Fernan sama gue.
Gue mulai gugup,bukan pertanda gue suka sama dia,karna gue gugup karna bau mulut gue yang gak bisa diajak kompromi,gue lagi sariawan saat itu,
Sambil menggaruk mulut pura-pura gatal bibir,gue menjawab.
“Fer, sorry malam ini gue udah janji mau nemenin nyokap buat pergi beli buah-buahan.” Singkat gue dan berharap Fernan gak tanya balik lagi.
“Gak apa-apa Nge,pakai mobil gue aja jadi kita pergi bertiga.”
Oh my God, Fernan ini ya... gue harus pakai gaya apalagi ini buat nutupin bau mulut gue ini.
“Aduh gatal banget ini bibir gue. Fer, gak enak ah masak lo didepan sendiri bawa mobil, gue dibelakang sama ibu,kan kesannya lo supir lagi he he.”
Sepertinya Fernan mulai muak dengan jawaban gue itu. Dengan tawaan garingnya, Fernan pun meninggalkan gue.
Akhirnya...

(To be continue ya guys...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar