Dan gue kembali ke habitat semula,bandung. Keinginan orang tua gue untuk balik lagi ke tempat asal lahir gue berhasil terwujud,gue terpaksa resign dari kantor gue karna masalah pribadi.
"Nge..ibu senang deh kamu bisa balik lagi ke rumah,sudah gak apa kamu cari saja di bandung ya nak!" Seru ibu sambil memberikan gue potongan-potongan buah apel.
Gue sebenarnya kalau disini males,karena nanti Fernan pasti bakalan nemuin gue lagi. "Gue harus cari ide supaya Fernan gak mengganggu kehidupan gue lagi"
Rasanya gue kangen untuk pergi ke tempat yang selalu nemenin gue kalau gue lagi bersedih. Semoga feeling Fernan saat ini gak tepat untuk bertemu gue lagi di cafe yang sama.
Sore hari, tepat pukul 17.30 gue pergi ke tempat yang dituju. Dengan gaya casual gue,sepatu docmart,celana jeans gembel,kaos oblong dan bowler hat, gak lupa selfie dan upload instagram dengan hashtag #ootd #raisa6690 (ha ha ha).
Diperjalanan gue terkena serangan petir disiang bolong. Gue lihat sosok orang yang selama ini gue takutin. Fernan.
Kenapa disetiap tikungan selalu ada dia,dari zamannya gue jomblo punya pacar dan jomblo lagi selalu ada dia dan gue gak berharap dia yang bakal jadi jodoh gue.
Gue melanjutkan perjalanan karena gue yakin Fernan gak lihat gue kok. Dan akhirnya gue sampai di cafe kesayangan gue ini.
Kenapa nasib gue harus berakhir seperti ini,tragislah bisa dibilang. Selingkuh rasa strawberry. Ketika gue tahu kalo mantan gue selingkuh dan gue gak mau lagi minum kopi,karena banyak kenangan saat gue minum kopi sama dia,jadi mulai sekarang gue mencoba hidup sehat dan memperbanyak minum-minuman yang berbau strawberry. Termasuk di cafe ini,biasanya gue memesan minuman berbau kafein,namun gue mencoba untuk memesan teh yang ada campuran strawberry.
"Fresh banget ini otak gue,rasanya nyenengin gue banget!"
Gak sadar gue meringis-meringis sendirian.
Sabtu, 28 Februari 2015
Basa-Basi Hidup (Ext 6)
Rabu, 25 Februari 2015
Basa-Basi Hidup (Ext 5)
Sepertinya gue salah menilai Viky adalah sosok pria yang benar-benar gue idamkan. Setelah 3 bulan kemudian gue merasa tepat mengenali Viky dan pernah dibuat merasa nyaman, gue benar-benar dibegoin Viky.
Saat itu, gue resmi berpacaran dengan Viky di sebuah cafe jakarta. Gue benar-benar happy banget,secara sudah lama gue suka sama dia,bahkan saat gue pertama kali bekerja di kantor gue yang sekarang. Awal mula menjalani hubungan dengan Viky gue gak ada rasa kecurigaan sedikit pun,sampai saat 2 bulan berpacaran gue mulai tahu bahwa Viky nyembunyiin sesuatu dari gue,apa pun itu dan sekecil apa pun Viky menutup rapat.
"Sayang, kamu kenapa sih gelisah...terus bawaannya kalau ketemu sama aku,kenapa kamu bosan jalan sama aku ?" Tanya gue sambil menggemgam tangannya.
Tiba-tiba ponsel Viky bergetar, entah sengaja atau seperti apa,setiap jalan sama gue ponsel Viky gak pernah dihidupin pakai nada deringnya,dan selalu seperti itu. Karna gue benar-benar percaya sama dia, jadi gue gak terlalu curiga sama dia.
"Loh,kok gak diangkat sih telponnya sayang?" Tanya lagi gue.
"Oh gak kok sayang, itu telpon dari nyokap." Jawab Viky dan tetap dengan gelagat gelisahnya.
"Apalagi itu dari ibu,angkat dong harusnya sayang."
Viky pun mengangkat telpon dari nyokapnya, tapi dia mengangkat telponnya menjauh dari gue dan pergi menuju toilet mall dimana gue dan Viky berada disana.
Dan gue tetap gak curiga dengan ulah yang sudah Viky buat dari awal berpacaran.
Cukup lama Viky kembali lagi nemuin gue. Dan gue pun nanya apa yang sudah diobrolkan dengan nyokapnya.
Lalu Viky bergegas mengajak gue untuk pulang, padahal saat itu kami akan nonton di bioskop dan tiket pun sudah dibeli. Bego,tolol apa idiot gue ini,gue gak banyak tanya dan gue mengiyakan saja apa kemauan Viky saat itu.
Gue benar-benar sayang sama Viky,bahkan gue gak mau mengkhianati Viky. Dan gue pernah berjanji sama diri gue sendiri,apa pun masalahnya gue akan tetap bersama Viky. Sayang saat itu gue lupa sama janji gue itu,gue lupa menaruh penambahan kalimat, apa pun masalahnya gue akan tetap bersama Viky asalkan jangan masalah yang berhubungan sama selingkuh,orang ketiga atau cewek.
Tiga hal yang gue takutin itu terjadi,Viky selingkuh sudah lama ternyata. Sejak gue belum ada di kantor itu.
Bulan berikutnya secara bertahap, Viky mulai memperlihatkan kebusukannya.
"Sayang, jujur sama aku kenapa kemarin kamu gak angkat telepon aku seharian penuh,kemarin itu kan hari minggu bukan hari kerja dan jam kerja?" Tanya gue dengan tegas.
"Lo kenapa sih? Ribet banget tahu gak sih? Apa gue harus megang handphone 24 jam!?" Jawab Viky dengan nada tinggi dan memanggil gue seperti dulu saat berteman.
"Lo ? Kamu jawab dengan panggilan itu ? Oke aku gak akan permasalahin itu. Terus kemarin kamu kemana ?" Tanya lagi gue dengan kesal dan geram.
"Bukan urusan lo yang jelas !" Tukas Viky.
Gue benci dengan sikapnya dia yang benar-benar gak menganggap gue sebagai pacarnya. Dan gue mulai menanyakan hal ini sama Naya, karena dia lebih tahu Viky jauh sebelum dari gue ada di kantor ini.
"Mbak Nay, gue heran sama sikap Viky akhir-akhir ini." Cerita gue sama Naya yang sedang asyik dengan gadgetnya.
"Lo kenapa Nge? Berantem sama Viky?" Tanya Naya tanpa melihat kearah gue.
"Iya mbak,gue curiga Viky selingkuh." Jawab gue.
Naya langsung menyimpan gadgetnya. Lalu Naya melihat kearah gue dengan serius.
"Selingkuh Nge ?"
Naya terlihat kaget dengan pertanyaannya itu.
"Iya mbak. Mbak please dong lo jujur sama gue, sebenernya Viky itu udah beristri belum sih,karena gue dari awal ngira Viky itu sudah married mbak,tapi karna 3 bulan yang lalu Viky nembak sama gue yaa...berarti dugaan itu gue itu salah, gue benar-benar mau serius sama dia mbak." Jawab gue dengan gamblang.
Naya terlihat ragu dan bimbang akan jawaban gue itu,sepertinya Naya lebih tahu dari apa yang gue duga sekarang ini.
Naya pun menarik nafasnya yang panjang.
"Nge janji ya,lo gak akan bilang ini sama Viky kalau lo tahu cerita ini dari gue?"
Pertanyaan Naya seolah menjawab dari kecurigaan gue 😔.
"Janji mbak, gue gak akan bilang sama Viky. Please bantuin gue ya!"
"Nge, Viky itu sudah punya tunangan dan mereka sudah lama tunanganya dari tahun lalu, tunangannya itu sekarang ada di KL, karena ceweknya kerja disana dan Viky di Indonesia,makanya mereka tunangan dulu dan Viky masih menunda pernikahannya karena Viky merasa ceweknya itu selingkuh disana."
Jawaban Naya sontak membuat gue menangis, air mata gue mengalir deras, dan Naya panik melihat gue menangis dan menyarankan gue untuk pergi ke luar kantor.
Viky tega berbohong sama gue sejauh itu. Dia harus menyesali semua perbuatannya itu dan gue harus dilanda kekecewaan atas janji gue yang ingin serius dengan Viky.
Gue akhirnya resign dari kantor itu dan gue harus menutup diary pahit gue ini.
Dan Viky tetap denial, dan gue tetap pada prinsip gue, asalkan jangan masalah yang berhubungan sama selingkuh,orang ketiga atau cewek, gue akan pergi meninggalkannya untuk selama-selamanya.
Jumat, 13 Februari 2015
Basa-Basi Hidup (Ext 4)
Satu minggu pertama ini gue belum bisa beradaptasi dengan orang-orang satu kantor gue,yang gue kenal hanya viky,viky dan viky. Sampai-sampai orang-orang mengira gue pacaran sama viky (amien) padahal kan kagak,yang mau temenan sama cewek berkualitas ini hanya dia saja,viky. Rencananya weekend ini gue mau pulang,tapi rupanya ada yang menganggap keberasaan gue disini.
"Hei lo anak baru,besok malam gue mau ngadain party,lo ikut aja ya bawa Viky!" Sapa dia,gue juga belum tahu namanya dia siapa.
Lalu Viky pun menghampirinya
"Lo ini queen party dasar, gue gak mau lagi datang ke acara lo,gue dikibulin sama lo,gue pikir iya orange juice,tiba-tiba kok gue jadi mabuk." Protes Viky.
Oh gue paham, rupanya partynya cewek itu agak mudharat ya..tapi gue gak boleh suudzan,toh dulu juga gue penikmat dunia malam he he (bohong).
Gue kurang minat rasanya, gue pengen pulang aja. Aku kangen mama.
"Vik, gue gak akan ikut ya sama acaranya mbak yang tadi!"
"Oh Naya,iya sama gue juga gak akan dateng,gak suka gue acara valentine-valentine itu."
Oh gue baru tahu kalau ternyata acaranya itu berhubungan sama valentine. Gue gak mungkin hadir diacara tersebut, selain gue gak ngerayain valentine terlebih gue gak punya pacar kebanyakannya mantan.
Gue pun pulang ke bandung bersama Viky dengan tujuan yang berbeda,kami hanya satu travel saja,setelah itu kami akan berpisah ditempat yang berbeda.
Hari ini hari valentine katanya, gak usah gue jelasin juga pasti sudah pada tahu kan,yang jelas gue anti meanstream, iya itu tadi gue gak ada pasangan buat diajak alay bersama. Selama di bandung gue hanya diam di kamar saja.
Gue pun pergi ke tempat galau gue,biasanya tempat ini selalu membuat gue tersenyum menyeringai,karena harga kopi yg mahal ini membuat gue menyeringai, tapi tak mengapa yang penting hati ini puas rasanya.
Gue masuk dan duduk ditempat duduk favorit gue, gak tahu kenapa kok gue pengen nangis, kok gue seperti abg yg baru lahir kemarin ya...
"Jangan berlebihan dong Nge,artis-artis nangis di cafe sendirian itu karena dia dibayar,lah gue kan gak ada yang bayar karena gue bukan cewek bayaran"
Gak ada yang bisa gue hubungin rasanya,teman-teman gue pasti lagi pada malam mingguan sama pacar-pacarnya. Tapi ini sudah menjadi ketentuan gue,gue gak boleh pacaran dulu,males sakit hatinya gue.
Dari arah sana gue melihat ada seorang cowok lagi jalan sibuk sendirian, ternyata itu Fernan.
Gue harus cabut sebelum dia belok ke arah sini, aduh ya ampun gue lupa naruh dompet lagi,kemana dompet gue ya.
"Nge,nge !" Teriak Fernan ke arah gue.
Gue pun kaget dan dompet gue menampakan ke permukaan.
"Ah,hai Fer. Apa kabar lo?" Sapa gue dengan gugup.
"Gue gak nyangka bakal ketemu sama lo disini." Jawab Fernan sambil menggenggam tangan gue.
Kenapa hari ini nasib gue begini amat.
Gue pun mengobrol-ngobrol dengan Fernan hingga pukul 10 malam. Mau selarut apa pun gue ngobrol sama dia tetap gue kagak minat.
Senin, 09 Februari 2015
Basa-Basi Hidup (Ext 3)
Dengan perbekalan yang benar-benar seadanya, gue memberanikan diri untuk pergi ke Jakarta. Alhamdulillah gue diterima diperusahaan BUMN di Jakarta. Sempat terjadi konflik diantara gue,ibu dan ayah,tapi semuanya bisa selesai dengan damai dan tentram. Gue pergi dengan air mata yang membasahi di pipi begitupun ibu. Gue gak tega lihat ibu nangis, biasanya kan ibu ngomelin gue mulu.
"Unge, baik-baik ya nak,jangan lupa kabari ibu terus ya!"
Amanat dari ibu pun menjadi percakapan terakhir kami, karena setelah itu travel yang gue tumpangi ini akan berangkat. Kadang gue jadi malu sendiri...
"Gue kan ke Jakarta bukan ke luar negeri,kok terasa lebay gini ya, bandung-jakarta kan hanya 2 sampai 3 jam ."
Didalam mobil travel, gue menyalakan musik yang paling ngehits tahun ini. Dan ternyata saat gue buka line, ada Fernan yg ngeline gue.
"Nge maafin gue, bisa kita ketemu dulu Nge?"
Isi linenya hanya singkat, namun dicopy paste,sehingga ada banyak kalimat yang sama seperti itu, 20 kali pengulangan,sungguh pemborosan.
Gue gak menghiraukan isi linenya Fernan. Gue tetap santai dengan alunan-alunan lagu yang gue dengar dari ponsel gue ini.
Ketiduran. Rupanya gue ketiduran dan akhirnya pak supir pun membangunkan gue, gue pun turun dari tempat duduk gue ini. Lalu gue naik taxi ke arah kost-kostan gue.
Sesampai dikostan baru gue, gue bertemu dengan berbagai kalangan orang-orang. Cantik-cantik kebanyakan, loh...ada yang ganteng juga rupanya. Ternyata kostan ini mencampur,tidak hanya untuk cewek saja, ada cowoknya juga. Gue jadi takut,takut kalau gue pengen bawa cowok ke kostan gue (Loh apa-apaan ini).
Esok harinya adalah hari pertama gue bekerja, gue pun dengan semangat dan wajah yang berseri masuk ke ruangan kerja gue.
"Halo, gue Unge. " sapa gue pada salah seorang cowok, eh sorry cocoknya ini dipanggil pria deh.
"Oh halo, gue Viky." Jawab pria itu dengan kurang senyuman.
Viky namanya, pria itu cukup menarik perhatian gue rupanya meskipun agak jutek. Tapi gue lebih yakin Viky ini kayaknya sudah berkeluarga deh.
Gue pun duduk dan menyalakan pc dimeja gue.
Woaw...cukup menyenangkan pekerjaan gue ini,dan gue merasa senang terlebih meja gue berdekatan dengan mejanya Viky. He he.
Tiba saatnya jam istirahat, namanya anak baru gue niat mau makan siang sendirian aja. Ternyata itu hanya khayalan anak baru jaman dulu.Rupanya Viky baik sama gue, dia mengajak gue untuk makan siang bareng,gue pun makan siang bersama Viky.
"Nge mau makan dimana? Udah bareng gue aja!" Ajak Viky dengan singkat dan jelas,gue suka itu.
"Oh boleh Vik!" Seru gue dengan ramah dan berharap Viky jadi pacar gue (Loh..kecepetan).
Viky asyik sendiri dengan gadgetnya, gue asyik sendiri dengan makanan yang gue makan. Bodo deh,yang penting gue makan, lapar soalnya.
Hampir tidak ada percakapan diantara gue dan Viky. Akhirnya gue yang memulai untuk mengawali percakapan ini,
"Vik, lo ngekost apa rumah sendiri, tinggal di jakarta? " Tanya gue dan berharap dijawab.
5 menit kemudian Viky baru sadar kalau gue itu barusan nanya.
"Eh sorry, gimana Nge ?"
"Lo ngekost apa rumah sendiri, tinggal di jakarta?"
"Oh gue kost disini Nge, lo gimana ?"
Ah lega rasanya, ternyata dia nanya balik sama gue.
"Gue juga sama Vik, gue asli Bandung. Lo dari mana emangnya?"
Viky pun menaruh gadgetnya diatas meja.
"Gue Jogjakarta cuma gue besar di Bandung Nge."
"Loh sama dong,lo Bandungnya dimana Vik?"
"Oh lo Bandung juga ?"
Astaga...gue pikir dia nangkap apa yang gue omongin tadi.
"Iya kan gue dari Bandung tadi bilang."
Belum sempat Viky menjawab, dia sudah mengajak untuk menuju kearah kantor lagi.
Gue belum berani untuk menanyakan apa dia masih single apa belum, yang jelas cepat atau lambat gue harus tahu.
Tapi gue ingat,gue gak mau pacaran dulu karena gue hanya ingin berkarier,karier dan karier. Gue gak mau urusan karier gue ini akan terhambat oleh masalah percintaan yang gak kan ada ujungnya. Tapi bagaimana dengan Viky? Apa gue hanya menjadi pengagum rahasia Viky ? Come on...kenapa gue ngefans sama pria yang beristri ? Kelainan apalagi ini,setelah gue anti pria tampan dan sekarang pengagum pria beristri. Sepertinya rencana weekend depan harus gue ubah, gue harus pergi ke tempat ruqyah. ("?)
Minggu, 08 Februari 2015
Basa-Basi Hidup (Ext 2)
1 bulan kemudian gue memilih untuk resign dari kantor yang pernah memberi gue gaji 5 juta perbulan itu, gue beralasan gue akan pergi ke luar bandung untuk kerjaan baru gue. Fernan mencurigai gue,kalau gue itu berbohong.
“Nge tunggu, gue tahu lo bohong. Lo keluar kerja karna lo gak suka sama gue kan?”tanya Fernan sambil menahan gue untuk pergi.
“Gak Fer, gue memang ada kerjaan baru kok. Lusa gue ke Jakarta, gak jauh kok,tapi itu pekerjaan yang gue mau.”jawab gue dengan wajah yang memendam kesal.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan gue dan Fernan. Hanya saja gue gak suka sama sekali dengan Fernan, dimata gue cowok-cowok berwajah ganteng itu brengsek semuanya. Tapi...tidak menutup kemungkinan cowok berwajah jelek pun juga gak kalah brengseknya. Gue jadi ingat 1 tahun yang lalu...
~Hari itu gue benar-benar dilema, gue masih kuliah tepatnya semester 6,wajah muda dan belia ini masih melekat di diri gue. Rambut sebahu masih menjadi ciri khas gue. Boy adalah teman yang tidak gue harapkan selain wajahnya yang kurang enak dipandang dan kedatangan dia hanya membuat hidup gue menderita,sepertinya salah, semakin menderita lebih tepatnya. Gue berteman dengan Boy selama 2 tahun,saat gue kuliah semester 2 dimana gue lagi males-malesnya untuk kuliah,tapi kebodohan menimpa gue rupanya. Rupanya Boy menaruh perasaan sama gue, kami pun berpacaran dengan segala perbedaan yang banyak sekali. Ternyata hubungan gue sama Boy hanya bertahan sampai 3 bulan saja. Kadang gue selalu berpikir lagi, “Mendingan gue temanan sama dia aja bisa sampai 2 tahun, pacaran kenapa jadi 3 bulan T_T” . Boy selingkuh, gue menyesal menahun, gue pikir itu pembantunya ternyata selingkuhannya, kenapa gue mau-maunya dibohongin,pantesan gue heran mana ada pembantu sesexy itu, pakai rok mini,rambut dicurly, kecurigaan pun mulai terasa. Waktu itu pembantu barunya tiba di bandara,gue dan Boy rencananya mau dinner tapi berhubung ponsel Boy berbunyi dan ternyata itu adalah selingkuhan yang diduga adalah pembantu baru,gue dan Boy pun meluncur ke bandara untuk menjemputnya,sesampai disana gue terbelalak akan kecantikannya. Boy dengan wajah yang kaku mengajak pembantu barunya itu untuk masuk ke mobil dan gue pikir pembantunya itulah yang akan duduk di belakang, ternyata gue yang malah disuruh duduk dibelakang,karena pembantunyalah yang duduk didepan,disamping Boy. Gue jadi bingung,yang pembantu itu yang mana.. .Gue dan Boy beradu mulut terus,gue kesal dan benar-benar murka.
Esok harinya, gue memergoki Boy dan pembantu barunya itu ada di apatement Boy tengah asyik nonton film. Tanpa basa-basi dan kata-kata terakhir, gue menghampiri Boy dan pembantunya itu yang sudah berubah nama menjadi selingkuhan.
“Kita Putus!” singkat gue.
Rasanya gue ingin meledakkan bom diwajah mereka. Menangis, jujur saat itu gue menangis, gue mau curhat sama siapa, gue mau sharing kebodohan ini sama siapa. ~
Thats’s why.. gue gak mau pacaran dalam jangka dekat ini, ini alasan urusan karier gue gak mau diganggu gugat dengan masalah percintaan yang never ending story.Fernan tetap berusaha menghalangi gue sampai berdebat didepan staff-staff lainnya,sempat dia berucap seperti ini,
"Dimana pun lo berada, gue akan terus mengejar lo,sampai lo yang merasa lelah!"
Gue tahu itu intimidasi dari Boy supaya gue takut dengannya,
"Gue gak takut Boy." Singkat gue.
Gue benar-benar meninggalkan perusahaan itu dan Fernan yang berwajah tampan. Menjauhinya itu adalah yang terbaik. Dan gue memulai kembali kisah ini dari nol. Gue harus berbondong-bondong mencari pekerjaan,bersaing dengan lulusan-lulusan yang lebih cerdas.
“Ya ampun...gue harus kemana ini, diam di Bandung yang ada gue dikejar terus sama si Fernan.”
Kamis, 05 Februari 2015
Basa-Basi Hidup
Pagi ini gue berangkat dengan wajah yang gembira, gadis fresh grad ini siap untuk melalui hari-harinya yang begitu bebas, bebas dari nestapa bangun dipagi hari,ujian akhir semester,tugas deadline. Lalu gue bergumam, “Gue siap! Siap menjadi sarjana berkualitas menjadi seorang women big boss !”
Ternyata itu hanya angan-angan gue saja...
1 bulan berlalu
3 bulan berjalan
5 bulan telah datang
Rasanya gue ingin kembali lagi menjadi seorang mahasiswi yang cantik,smart dan penuh semangat. Tapi...saat gue menyandang gelar sarjana terdidik, semangat dan smart gue ini seolah mulai pudar, untung saja kecantikan ini masih tetap melekat kuat pada wajah gue (he he).
Gue menyambangi berbagai perusahaan yang katanya perusahaan tersebut berkualitas sesuai calon pelamarnya,sarjana berkualitas. Sumber yang gue dapat beraneka ragam,mulai dari berbagai surat kabar,situs web dari A hingga Z sampai job fair yang paling ngehits. Hasilnya adek-adek...? NIHIL. Kakak menyarankan lebih baik adek-adek cari om-om yang berguna dan mau mencarikan perusahaan yang siap untuk diteruskan oleh kalian. Ingat !! adek-adek jangan jadi karyawannya, melainkan jadi ibu bosnya (^^v).
Putus asa ? itu sudah pasti, gue harus datangin perusahaan mana lagi, hampir tiap sudut dan wilayah gue datangi, tapi mereka meng under estimate sarjana berkualitas ini.
“Pak, bapak belum melihat keahlian saya yang lebih dalam lagi pak, itu baru psikotest kan pak, test kesehatannya belum kan pak ?”
Saat gue sedikit memohon kepada bapak tersebut yang tidak ingin menjadikan gue ini sebagai calon pegawainya.
“Maaf, anda sudah gagal ditahap psikotest ini, apalagi yang mau saya harapkan dari anda ini?”
Jawaban bapak tersebut membuat gue ingin mencabik dan mencukur habis kumis tebalnya itu.
Gue bergumam dalam hati gue ini,
“Ya Awloh, baim tau baim ini pintar,tapi kenapa bapak kumis baplang itu tidak mau menerima baim. Maafin baim ya Awloh udah ngata-ngatain bapak kumis tebal itu”
Pulang ke rumah dan membawa berita kurang happy itu sudah menjadi makan siang mungkin makan malam untuk keluarga tercinta gue ini.
“Bu, aku pulang...” teriak gue dari pintu belakang yang langsung menembus ke arah dapur.
“Ibu gak mau denger lagi cerita kamu Nge. Ibu udah tau kok,muka ditekuk dan air liur yang menetes itu pertanda buruk buat ibu.”
Jawaban ibu kocak, tapi sebentar bu, ada panah yang menancap ke arah dada Unge. Rupanya itu adalah ungkapan kurang menyenangkan dari nyokap gue. Gue semakin terkulai lemas, gue langsung mengambil gelas kesayangan gue dan gue taruh diatas dispenser, lalu dituangkanlah secercah kehidupan untuk gue, yak benar, air putih asli dari air galon.
Tempat tidur adalah tempat dimana gue bisa curhat dengannya, yap benar, bantal mana bantal tidak lupa aku memanggil guling, kasihankan bantal tanpa guling itu seperti sayur tanpa pecin.
Tak terasa rupanya jam menunjukkan pukul 5 sore, ternyata gue tidur 4 jam. Ibu pasti marah-marah sama gue. Gue pun turun dari tempat tidur gue, lalu langsung mandi. Gue pun menuju ke arah bawah, ruang keluarga, gue pengen nonton tv kira-kira ada lowongan kerja untuk sarjana berkualitas tidak ya...
Gue mendengar suara cekakakan di ruang tamu depan, sepertinya itu temen-temen arisannya nyokap, tapi kok ada suara yang ngebass gitu yah, apa ada bapak-bapak arisannya juga ya.
“Oh ya tante, Bunga kerja dimana sekarang dia,kan kata tante dia udah diwisuda?!”
Baru saja tv dinyalakan, gue mendengar suara yang ngebass itu menyebut-nyebut nama gue. Tapi gue gak perduli,selama itu bukan penawaran kerja gue males.
“Kebetulan dikantorku lagi butuh satu orang untuk back office tan.”
Back office??? Itu sepertinya mengarah ke pekerjaan.
Cari muka. Benar tepat sekali, mudah-mudahan ibu belum memberi jamuan untuk tamu-tamunya itu. Gue akan membuatkan minuman untuk mereka. Gue langsung bergegas ke dapur dan membuatkan 4 gelas minuman, exclude ibu.
“Silahkan minumnya, maaf di rumah kami ini hanya ada minuman seperti ini saja, kalau mau jus lupa belum beli buah-buahannya,he he he.”
Tawa garing gue ini sepertinya membuat ibu keheranan sama gue.
“Unge ini ya, belum ibu suruh kasih minuman udah buatin duluan,pintar anak ibu kalau udah menganggur lama itu.”
Bagus dalam hati gue, dengan ibu membuka aib gue,semakin cowok bersuara bass itu memberi peluang besar buat gue.
Ibu tidak mempersilahkan gue untuk duduk disampingnya, tapi gue berharap ibu mau memperkenalkan gue dengan tamu-tamunya itu.
“Hee hee”
Gue terus memasang wajah cengar-cengir dihadapan ibu dan 2 tamunya itu.
“Hai Bunga ya ini?” tanya cowok itu sambil meraih tangan gue untuk ia jabat.
“Halo iya aku Bunga,ini siapa ya bu ?” gue pun meraih tangannya dan sambil berpaling kearah wajah ibu dengan wajah serius gue ini.
“Kok tanya ibunya sih Bunga, aku Fernan.”
Saatnya dan beraksi.
“Oh jadi Fernan ini kerja di perusahaan itu ya? Boleh aku titip aja cvnya ke kamu Fer?”tanya gue dengan penuh harap.
“Tentu Bunga, sini bawa aja!”
Dengan suka cita gue berjalan menuju kamar gue dan dengan sigap mengambil segambreng cv gue.
Mereka pun berpamitan untuk pulang dan tak lupa mereka membawa buah tangan dari gue, amplop coklat berisi curriculum vitae dan teman-temannya.
2 minggu kemudian gue terus bertanya sama nyokap, kemana Fernan kenapa dia hingga saat ini belum memberi kabar untuk gue.
Ponsel gue berdering, gue berharap itu Fernan.
“Halo..”
“Halo benar dengan Bunga Sastawijaya saya berbicara?”
“Iya benar, dengan siapa ini?”
“Saya Fernan Utomo dari PT Pertamax Gans, ingin memberitahukan bahwa saudari Bunga Sastawijaya bisa mulai bekerja di perusahaan kami mulai besok pukul 8 pagi.”
Sepertinya suara ini gue kenal, ini si Fernan sok berlagak jadi customer service lagi.
“Fer ini kamu kan? Kok isengin gue sih?”
“Ha ha ha iya Bunga, sorry ya, tapi ini beneran kok besok kamu sudah bisa kerja dikantorku,gimana setuju?”
Gue tertawa layaknya gadis manis. Gue pun bercerita pada ibu, bahwa besok gue mulai bekerja dikantornya Fernan. Sepertinya ibu bahagia deh sekarang.
3 bulan berlalu....
Gue menikmati pekerjaan gue ini, gue mulai akrab dengan karyawan-karyawan lainnya,gue gak bisa bohongin diri gue, bahwa gue masih ingin bekerja disini.
Tapi, ada satu hal yang membuat gue gak suka dengan suasana saat ini, tingkah Fernan mulai aneh sama gue, Fernan mulai sering bbm gue dimalam hari, terutama hanya untuk bilang,selamat malam dan jangan lupa makan. Klasik.
Fernan tahu bahwa gue sudah menyandang status pengangguran terdidik selama 5 bulan dan jomblo miris selama satu tahun, kurang lebih total penderitaan gue itu adalah 17 bulan. But, i’m still happy.
“Nge, pulang bareng gue yuk sekalian cari makan juga!”ajak Fernan sama gue.
Gue mulai gugup,bukan pertanda gue suka sama dia,karna gue gugup karna bau mulut gue yang gak bisa diajak kompromi,gue lagi sariawan saat itu,
Sambil menggaruk mulut pura-pura gatal bibir,gue menjawab.
“Fer, sorry malam ini gue udah janji mau nemenin nyokap buat pergi beli buah-buahan.” Singkat gue dan berharap Fernan gak tanya balik lagi.
“Gak apa-apa Nge,pakai mobil gue aja jadi kita pergi bertiga.”
Oh my God, Fernan ini ya... gue harus pakai gaya apalagi ini buat nutupin bau mulut gue ini.
“Aduh gatal banget ini bibir gue. Fer, gak enak ah masak lo didepan sendiri bawa mobil, gue dibelakang sama ibu,kan kesannya lo supir lagi he he.”
Sepertinya Fernan mulai muak dengan jawaban gue itu. Dengan tawaan garingnya, Fernan pun meninggalkan gue.
Akhirnya...
(To be continue ya guys...)
Selasa, 03 Februari 2015
Cinta Datang Terlambat
Gue hadir kembali disaat orang-orang terdekat gue mulai menjauh dari kehidupan gue dengan kehidupan dan kesibukannya masing-masing. Gue paham dengan kegiatan mereka.
Apa kabarnya teman gue yang belum kelar-kelar dengan skripsinya,teman gue yang ogah banget panas-panasan dan becek-becekan,teman gue yang hobinya traTealing, kemana mereka semua ?
Malam ini gue berencana untuk pergi bersama teman kantor gue, Alba dan Faldi. Oh iya sedikit cerita, Alba dan Faldi ini adalah rekanan kantor gue saat gue masih bekerja di perusahaan swasta Bandung, yap sekarang gue bekerja di perusahaan BUMN yang terletak di Jakarta Pusat. Sesekali atau setiap akhir bulan gue pulang ke Bandung untuk bertemu dengan keluarga gue dan teman-teman gue.
Lima belas menit kemudian mereka datang, rupanya Alba berangkat dari kantor bersama Faldi dan partner kerja gue sekaligus partner bahan gosipan semasa gue di Bandung, Galang.
Gue malu minta ampun, tapi Alba dan Faldi malah menertawakan gue.
“Al, lo apa-apaan bawa si Galang segala ?” tanya gue sambil membisikkan dengan suara pelan.
Tapi Alba, malah menjawab dengan suara yang kencang sehingga Faldi dan Galang melihat ke arah gue.
“Ya ampun Nge, gak apa-apa sih sama temen ini kan...”
Gue pun tersenyum ke arah Galang dengan terpaksa.
Galang pun membuka topik obrolan dengan luwes tanpa ada rasa malu-malu lagi seperti saat dulu.
“Unge udah sukses ya kamu sekarang kata Alba.”
Gue pun kaget,berharap pertanyaan itu memang akan menjadi nyata, karna cicilan apartement dan mobil gue belum lunas, jadi gue menganggap gue belum sukses.
“Ha ha ha, Pak Galang ini masih aja dengerin ocehannya Alba yang biang gosip ini.” Jawab gue sambil mencubit lengan kanannya Alba yang sedang asyik menyeruput minumannya.
Usia gue dan Galang terpaut 13 tahun, gak salah kalau gue memanggilnya dengan panggilan “Pak”.
Alba dan Faldi tak henti-hentinya menertawakan gue. Sepertinya mereka melihat gelagat gue yang salah tingkah ini deh didepan Galang.
Kami pun akhirnya memutuskan untuk pulang, Galang dan Faldi pulang ke arah yang sama, jadi Alba gue tarik untuk satu mobil dengan gue.
Begitu di dalam mobil, Alba langsung membuka obrolan dan hobinya yang gosip itu sangat masih kental sekali.
“Nge lo kudu wajib tau, Galang itu dah married bulan lalu sama si Tea!”
Gue kaget setengah hati.
“Apaaaaa?? Tea sama gue kan cantikan gue, kenapa si Pak Galang pilih dia Al ?” tanya gue dengan kaget dan emosi yang meledak-ledak.
Alba malah balik nanya sama gue.
“Kenapa lo kaget,waktu itu si Galang mau ngajak lo jalan kenapa lo kabur?”
Memori gue langsung teringat akan 8 bulan yang lalu tepatnya.
~ Sore hari, waktu itu hujan deras sekali di kantor, gue belum punya mobil gaji gue gak cukup buat beli mobil saat itu. Alba dan Faldi sudah duluan pulang, karena mereka taunya gue mau pulang sendirian, padahal cewek jomblo itu gak baik pulang sendirian,kata orang-orang kelahiran 90an sih nanti bahaya bisa-bisa diculik brondong lagi. Hanya ada gue dan pak Galang yang sedang menunggu hujan reda. Gue gak paham, padahal pak Galang kan bawa mobil kenapa nunggu hujan reda. Oo ouw... gue paham sekarang, ternyata pak Galang nungguin gue buat bilang, “Pak Galang, boleh aku nebeng sampai depan gak ?Atau sampai depan rumah gitcuuu.” Sorry pak Galang itu hanya angan-angan lo aja, gue sih ogah nebeng sama lo. Dari situ,gosip mulai merajalela.entah itu dari Faldi atau Alba, yang jelas gue yakinnya gosip ini datang langsung dari pak Galang (nah loooh).
Hari demi hari gue mulai menikmati gosip ini, seolah gue mulai mengiyakan setiap orang bertanya sama gue untuk basa-basi yang menanyakan pak Galang lewat gue, padahal pak Galang ada disebelah gue.
“Nge, Galang mana ya, gue gak lihat!?” tanya Willy sama gue, yang sudah jelas pak Galang ada di samping gue yang lagi bantuin kerjaan gue.
“Lo sejak kapan rabun dekat Will, lo gak bisa lihat pacar gue ini lagi sibuk bantuin gue!” jawab gue dengan refleks, dibantu dengan efek kesengajaan (he he).
Willy tertawa dengan merdeka dan segera menemui para jurnalis untuk siap-siap mewawancarai gue dan pak Galang.
Hari itu juga, pukul 7 malam. Pak Galang mengajak gue untuk makan malam bersama, gue kaget bukan main, rupanya pak Galang mulai menaruh perasaan lebih dalam lagi sama gue. Tapi gue belum punya perasaan sama sekali sama dia, gue langsung kabur dengan alasan klasik, “Pak Galang maaf, tapi usiaku masih 19 tahun, aku harus pulang karna mama udah nungguin di rumah.”
Gue kabur dan pak Galang mulai ilfeel sama gue, jelas ilfeel, orang umur gue 23 bukan 19 :D .~
“Iya sih gue nyesel Al waktu itu, emangnya si Tea udah putus sama cowoknya yang super tajir itu ?” tanya gue saat setelah gue hampir melongo terus menerus dalam keadaan menyetir mobil.
“Lo gak tau ya Nge kenapa mereka bisa menikah secepat kilat itu?”
Raut wajah Alba membuat gue penasaran akan pertanyaan baliknya itu.
“Al, lo jangan bikin gue mikir yang kagak-kagak nih!” jawab gue dan tetap fokus menyetir.
“Oke, lo bawa mobil udah kagak asyik lagi nih, mending langsung gue kasih tau aja ya Nge, Tea hamil”
“Haaah ? Serius lo Al, lo jangan buat fitnah Al !” tanya gue dengan ketidak percayaan ini.
“Bener gue Nge, gue gak bohong, gue juga waktu itu datang kok ke acara party kantor, jadi intinya si Galang itu gak salah Nge, cuma cowoknya aja tuh yang brengsek gak mau tanggung jawab, si Galang mabuk parah pas kebetulan rangkul-rangkul si Tea mulu itu ternyata dia sebenernya lagi hamil Nge. Ah kacau deh kayak cerita anak SMA yang besoknya mau ujian nasional Nge.”
Cerita Alba membuat gue terharu sama kisah pak Galang sekarang ini, padahal sekarang ini gue mau membuka hati untuk pak Galang,mungkin ceritanya lain lagi, gue masih membuka hati dan menunggu dudanya pak Galang (LOL).