Minggu, 30 November 2014

HARGAI WAKTU & TEPATI JANJI !

Dear..my Blog.

Hari ini, gw bener-bener kecewa berat akan semesta alam, kenapa bisa ?

Pagi tadi gw berangkat ke rumah kakak gw, yang letaknya di bandung timur, gw mulai lihai dalam mengemudikan kendaraan berroda empat ini, gw batalkan serangkaian acara mulai dari belanja kebaya bareng temen-temen kampus gw untuk wisuda nanti dan acara kampus gw yang gak habis-habisnya.

Dua acara sengaja gw cancel, lalu gw ingat, temen-temen SMA gw pengen ketemu hari ini sama gw, karna terakhir mereka melihat gw dalam keadaan menyedihkan dan masih menjadi sampah negara Indonesia a.k.a Pengangguran terdidik. Berkali-kali gw koordinir pertemuan ini dan selalu FAILED karna urusan mereka masing-masing, dan kali ini sama halnya.. FAIL and FAKE promise.
Gw ingat, tadi pagi kakak gw, mengingatkan terus buat ngingetin jangan lupa beli tempat sampah yang sudah pernah ditabrak sama cowok gw yang lagi parkir mobil saat itu. Gw coba menghubungi cowok gw agar jangan lupa hari ini, buat beli trash can. Dan jawaban doi simple, maaf gak bisa karna sakit.

Gw perlu buka primbon.com, ada apa dengan hari ini, kenapa orang-orang begitu menyepelekan waktu yang gw miliki ini. Gw bukan orang yang punya banyak waktu luang, hari-hari gw sibuk akan kerjaan. Untuk belajar mobil aja gw cuma punya waktu minggu doang, dan terlebih gw gak jadi dibeliin mobil sama bokap gw. Terimakasih banyak, untuk kalian semua. Gw gak mau nemuin hari seperti ini lagi. Semoga !

Selasa, 18 November 2014

Slowly

November 2014...
Tidak banyak yang kuharapkan dari bulan ini, padahal hari bahagiaku hampir mendekati.
Aku masih ingat akan kabar bahagia itu.
“Nge, gue mau married bulan depan?”
Rupanya itu adalah kabar bahagia dari kawan terbaikku. Aku tertunduk lemas, siap menerima menjadi orang yang terakhir berlomba-lomba mengambil seikat bunga yang akan dilayangkan pada khalayak jombloersss.
Oke, berarti sainganku nanti tak banyak, tak ada Raisa,Reina dan Naya.
Usiaku dan Raisa terpaut 2 tahun, tentunya kalau boleh jujur Raisa lebih muda dariku.  Nasibku tak seberuntung kawanku yang muda dan belia itu. Aku paling sebel rasanya, kalau orang mengira aku ini lebih tua dari pada Raisa, padahal kan itu bener :p .
Hari itu, entah aku harus bahagia atau sedih, mulai nanti gak ada yang bisa kuajak untuk nonton bioskop bareng,karaoke bareng dan...mengemis bareng.
Terkadang aku tak yakin dengan kemampuan diriku sendiri, apa aku sanggup datang diacara pernikahan Raisa tanpa pendamping, aku selalu berpikir yang tak penting.
Kulangkahkan pijakan kaki ini untuk naik ke atas kursi pelaminan (sepertinya penulis terlalu serius), meskipun hanya untuk berjabat tangan dan berpelukan.
“Raisa... gue belum sanggup ditinggal sama lo Ra ! Tapi, semoga lo bahagia ya, satu pesan gue, adek lo umurnya sekarang berapa ? Kagak napalah, adek lo buat gue aja!”
Pelukan dan air mata yang mengalir deras itu membuat Naya dan Reina iba melihatku, akhirnya mereka memutuskan untuk penggalangan dana, “Koin untuk Unge”.
“Lo pikir gue korban kebanjiran ?” sontak aku pada Reina dan Naya.
“Gue gak tega lihat lo nangis gitu sama Raisa.” jawab Naya dengan singkat .
Aku pun mulai kesal dengan tingkah mereka,
“Lo bakar itu kardus sama koin-koinnya ! Gue kagak butuh itu Naya...Reinaaa. sekali lagi gue bukan korban kebanjiran !”
“Lo juga kebanjiran Nge, kebanjiran air mata, ha ha ha”
Tawanya Reina membuatku menjadi semangat dalam menjalani hidup.

Aku paham, kenapa aku baru paham sekarang. Seharusnya pikiranku ini gak sedangkal itu. Kepergian kawan-kawanku yang sudah lebih dulu menikmati kehidupan yang lebih bahagia itu jangan kujadikan beban, aku masih harus mengejar karirku, dan aku yakin akan ada saatnya kebahagiaan itu datang menjemputku tanpa kuduga.