Minggu, 02 Maret 2014

GALAU itu asyik lagiiih


“ Sekarang hari apa sih Nge ? “ tanya Merlyn di sela-sela keheningan saat mereka sedang asyik dengan gadget mereka.
“ Lo nyinggung gue banget ya ?! “ jawab Unge sewot dan gak jelas.
“ Gue kan Cuma nanya, dibagian mana nya gue nyinggung lo ? “ tanya lagi Merlyn dengan heran.
“ Hari ini hari sabtu, dan baru 2 jam yang lalu gue diputusin cowok gue ! “ jawab Unge dengan tampang tegar namun jari jemarinya terlihat bergetar (menandakan ia tidak kuasa menahan tangisnya).
“ Hah ? Lo putus ? Gak mungkin si Bora putusin lo Nge. Lagian apa alasannya katanya ? “ tanya Merlyn dengan kaget.
Unge pun disana bercerita, dan pada akhirnya Unge tidak bisa menutupi kesedihannya itu dengan memeluk Merlyn dan deraian air mata yang sungguh deras.
Dan ternyata Bora memutuskan hubungannya dengan Unge disebabkan Bora akan dijodohkan dengan gadis pilihan kedua orang tuanya yang ternyata gadis tersebut adalah Hanafia, terlihat bahwa dari namanya saja ia merupakan santriwati dari Ponpes (Pondok Pesantren) asal kotanya Bora dilahirkan ( Yellow Bojong ).
Hari-hari Unge sungguhlah galau, tiada kata selalin galau, tiada makan selain galau, tiada tidur selain galau, galau, galau, galau.... (Penulis pun merasa bosan untuk mengetikannya). Tiba-tiba ponsel Unge pun berdering,
Kring...Kring...Kring...
“ Haloo “
“ Haloo, Bunga ? ”
“ Iya ini siapa ? “
“ Ini saya, Haryono . “
“ Haryono ? Maksudnya Pak Haryo ? “
“ Iyo... ini saya. Lagi dimana Bung ? “
Memang jarang sekali yang memanggil Unge dengan panggilan Bung kalau bukan para dosen.
Akhirnya mereka pun berbincang-bincang dan melanjutkan perbincangannya dengan awal pertemuan mereka di Cafe Gahool .
Mereka pun mengobrol sampai larut dan lupa dengan waktu. Haryono adalah salah satu dosen yang paling sering cengin Unge dari semester 3 hingga semester 7. Bagi Unge Haryono adalah musuh bebuyutannya semasa kuliah. Tapi tanpa diduga ternyata Haryono atau yang biasa disapa Pak Haryo menyimpan rasa pada Unge, hingga akhirnya setelah Unge lulus kuliah dan bekerja disalah satu Bank di Jakarta, Pak Haryo menyatakan cintanya pada Unge.
“ Bung, kamu tau apa bedanya kamu dengan jam tangan yang saya pakai ini ? “ tanya Pak Haryo dengan menyembunyikan seikat bunga mawar merah dibelakang punggungnya.
“ Apa pak ? Tumben tebak-tebakan. “ jawab Unge tersipu malu.
Pak Haryo pun memberikan seikat bunga itu sambil melontarkan rayuannya,
“ Kalau saya lihat jam tangan saya jadi inget kamu karna jam ini adalah pemberian kamu, tapi saat saya lihat kamu saya jadi lupa waktu dan ingin meminang kamu . “  
Unge pun terharu, dan mencium bunga yang diberikan pak Haryo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar