Jumat, 15 Desember 2017

Jangan Hantui Abang

Ini adalah kisah tentang pasangan suami isteri yang sudah 3 tahun menikah dan belum dikaruniai seorang anak. Pasangan suami ini usianya 10 tahun lebih tua dari isterinya. Sang suami bernama Haikal dengan nama panggilan bang ikal, dan isterinya bernama Mida yang selalu dipanggil Neng oleh suaminya, bang Ikal.
"Neng, abang hari ini gak pulang ya soalnya ada kerjaan yang harus cepat diselesaikan. " bang ikal berkata.
"Abang gak pulang lagi ? Mida heran deh, kok abang dalam 1 minggu ada aja jadwal gak pulang, alasannya sama lagi !" Jawab Mida dengan penuh emosi.
"Ya ampun Neng, gak usah diperdebatkan masalah ini kan Neng udah tau pekerjaan abang memang kayak gini !" Jawab bang ikal dengan emosi juga.
"Mida tahu bang, kenapa abang malas pulang ? "
Bang Ikal terhenti nafasnya seolah ia tidak ingin membahas masalah baru lagi.
Mida pun melanjutkan percakapannya dengan emosinya.
"Abang malas kan karena Mida masih belum hamil juga? " tangis Mida pun pecah.
"Astaghfirullah Neng, ini hanya masalah waktu aja Allah belum mengizinkan kita punya momongan. " jawab Bang Ikal dengan lembut.
"Kalau abang hari ini gak pulang, Mida akan bunuh diri ! " seru Mida dengan emosi.
"Neng, kayak yang sudah siapin aja amal jariyahnya, ha ha ha. "
Bang ikal tetap berangkat dan meninggalkan Mida yang masih menangis.
Hingga malam tiba Mida mencoba menelpon bang Ikal,namun tak ada jawaban ,dan akhirnya bang Ikal membalas melalui whatsapp bahwa dirinya tetap tak akan pulang dan besok pagi ia akan mengusahakan pulang.
Entah APA yang merasuki Mida, hingga Mida bertekad mengakhiri nyawanya dengan sia-sia. Mida dan bang ikal hidup berdua dalam rumah yang mereka huni sejak tahun pertama pernikahannya, jadi Mida sering mengeluhkan merasa kesepian karena jauh dari orang tuanya.
Dan Mida pergi untuk selamanya meninggalkan kenangan manis bersama bang Ikal.
Tetangga yang menemukan jasad Mida tergantung di lantai 2 ,yang tak sengaja tetangganya itu hendak meminjam alat pelurus rambut.
"Haaaa, astaghfirullah Mida! "
Tetangganya ITU pun lari terburu-buru keluar mencari pertolongan.
"To long... Mida gantung diri ! "
Semua orang terkaget-kaget mendengar kata gantung diri. Semua berbondong menuju rumah Mida dan bang ikal, salah satu tetangga segera menghubungi bang Ikal.
Bang Ikal kaget bukan main, ini rasanya seperti lelucon yang menjadi kenyataan.
Bang ikal segera pulang ke rumahnya dengan rasa yang masih tak percaya bahwa Mida pergi meninggalkannya dengan tragis.
Sesampainya di rumah ia menangis, Mida yang ingin sekali melihat suaminya menangis akhirnya terwujud, menangisi kepergiannya.
"Neng, tega banget Neng pergi kayak gini, yang tenang disana ya." Ucap bang ikal dengan isak tangisnys.

Tibalah 100 hari kepergian Mida meninggalkan dunia ini, bang Ikal merasa kesepian sekali rasanya ia membutuhkan seorang pendamping untuk menemani hari-harinya.
Angin kencang tiba-tiba meniupkan ke arah pintu kamar bang Ikal sehingga pintunya pun terbuka, bang Ikal pun berpikir mengapa bisa pintu yang tertutup tiba-tiba terbuka oleh angin yang kencang.
Bang Ikal masih berpikir positif. Bang Ikal pun menutup kembali pintu kamarnya, namun tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka kembali berbarengan dengan jatuhnya frame foto bang ikal bersama Mida.
Mulai merasa merinding bang Ikal pun pergi keluar dari kamarnya dan menyimpan frame foto yang pecah .
Di ruang tamu ada sesuatu yang aneh terjadi saat album foto pernikahan mereka tiba-tiba sudah terbuka dan begitu berantakan.
"Eh kenapa bisa album foto nya berantakan Gini ?" Tanya bang Ikal pada dirinya sendiri.
Bulu kuduk bang Ikal merinding, ia mulai merasakan ada yang aneh di rumah ini.
Tiba-tiba bang Ikal mendengar suara cekikikan di arah dapur.
"Hihihihihi..."
Bang Ikal memberanikan diri untuk menghampiri sumber  suara cekikikan itu.
Dan ternyata bang Ikal melihat sosok arwah yang mirip dengan mendiang isterinya.
"Astaghfirullahaladziem, neng ?" Tanya bang Ikal seraya tak lupa mengucap istighfar.
"Bang, ini Mida !" Jawab Mida sambil menangis.
"Gak mungkin, neng sudah meninggal. " bang Ikal meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat ITU bukan Mida.
"Abang ih ... Ini Mida,beneran Mida. Mida kangen abang." Jawab lagi Mida sambil tersenyum dan berderai air mata.
"Kok bisa neng? Neng kabur dari kuburan gitu ? Tuh...apa kata abang, neng belum punya perbekalan kan ? Makanya neng kelayapan kemari ."
Mereka pun mengobrol hingga akhirnya bang Ikal tertidur pulas. Saat di pagi hari bang Ikal pun mencari dan memanggil terus Mida namun tak ada jawaban, dan bang Ikal pun berpikir apakah semalam itu hanya mimpi yang seperti nyata.
Saat malam tiba kembali, bang Ikal sedang asyik chatingan dengan teman kantornya yang bernama Hanum.
Bang Ikal terlihat senyum-senyum sendiri sambil memegang handponenya.
Tiba-tiba whatsappnya berbunyi kembali namun bukan membuat bang Ikal tersenyum, malah menjadi keheranan.
"Aneh, kok Hanum jadi marah-marah ya ? Gue salah ketik apaan ya ? " tanya bang Ikal keheranan.
Dan Mida kembali hadir
"Abang, belum setahun Mida meninggal masa sudah cari yang lain ?" Tanya Mida yang mengejutkan mantan suaminya.
"Astaghfirullah, neng kagetin abang aja ! Jadi neng yang bikin teman abang marah ?"
"Abang tuh ganjen ya dasar air mata buaya, waktu Mida pergi aja nangis-nangis bilang nyesel,sekarang apa sudah mau nikah lagi."
Mereka pun berdebat, dari semasa hidup hingga Mida gentayangan Mida gemar sekali mengajak bang Ikal berdebat.
"Neng, neng gak diterima di akhirat apa gimana sih, kok Neng Malah nongkrong dimari?" Tanya bang Ikal.
"Hiks hiks hiks , Mida bingung sendirian gak ada teman Mida dikucilkan Mida diusir, katanya ngapain bunuh diri ,orang kita aja yang sudah waktunya mati nyesel pengen hidup lagi biar bisa perbaikin diri, gitu katanya bang . " cerita Mida sambil menangis.
"Apa abang bilang, perbaiki sikap banyakin amal, jangan nyinyirin suami mulu! Sudah ah abang mau ambil air wudhu terus yasinin neng, abang yasinin neng tapi neng pergi ya jangan ganggu abang! " pinta bang Ikal pada Mida.
"Makasih ya bang, tapi abang jangan nikah lagi ya! "
"Ya Allah neng, kalau abang gak nikah lagi terus kerjaannya ngobrol sama neng, abang bisa dibawa ke panti rehabilitasi sama warga! "
"Lah kok panti rehabilitasi? Emang abang pecandu narkoba?"
"Abang gila neng, gila..."
Mida pun pergi sambil tertawa.

Senin, 03 April 2017

Working moms vs IRT

Saat saya masih kecil saya sudah mulai ditinggal ibu saya bekerja di usia 4 bulan,tepat setelah cuti melahirkan selesai. Entah kapan cuti melahirkan itu bisa sampai 6 bulan. Dan saya sejak kecil ingin sekali menjadi wanita karier seperti ibu saya yang selalu tampil cantik memakai pakaian feminin ala ala perempuan yang bekerja di kantor. 
Pernah saya bacakan puisi untuk ibu saya,sepulang ibu saya pulang bekerja,
"Mama.. Aku tidak meminta lautan yang dalam,samudera yang luas,gunung yang tinggi. Tetapi aku hanya ingin engkau selalu ada bersamaku,Mama..."
Itu puisi benar sampai sekarang saya ingat,ingat bahwa itu terinpirasi lihat koran "PeeRKecil".
Alih-alih berharap ibu saya akan menangis dan memutuskan besoknya akan keluar dari pekerjaannya, ternyata ibu saya hanya tersenyum,manis sekali senyumnya. 
"Kok bisa buat puisi,lihat dari mana?" Tanya ibu saya.
Dalam hati saya menjawab,
"Tau...aja ya aku habis nyontek dari koran bekas bungkus gorengan."
Saya hanya tertawa dan memeluk ibu. 
Dan sekarang saya sudah menjadi seorang istri dan seorang ibu satu anak.
Anak saya lahir 2 bulan yang lalu.
Dari usia 9 bulan saya mencoba masih tetap bekerja dengan alasan agar cuti melahirkan saya bisa lama,dan ternyata Allah SWT mengabulkan permintaan ibu hamil cantik ini,1 minggu setelah cuti anak saya lahir dan hati menjadi lebih tenang. 
Kabar kurang menyenangkan pun tiba, sekretaris bos saya pun menelpon saya,tanpa basa basi dia bilang,bahwa lusa saya harus masuk kerja. Cukup menegangkan saya dengarnya,karna kalau dihitung sisa cuti melahirkan saya ada 16 hari lagi. Saya pun mengabari suami yang kebetulan sedang di luar kota. Suami saya tidak memberi jawaban.
Saya tetap ingin berkarier dengan alasan saya tidak ingin bergantung pada suami . Karena jujur saja selama cuti 2 bulan saya merasakan titik jenuh,dimana saya harus mengurus anak dan rumah tanpa asisten, dan itu sungguh capek sekali.
Sekarang dilematisme sedang melanda saya. Suami dan ibu saya menginginkan saya untuk menjadi ibu rumah tangga. Dengan alasan ibu saya tidak sanggup untuk mengasuh cucu yang ke 7 ini ditambah lagi suami yang selalu direpotkan oleh si kecil tampan yang mirip dengannya. 
Menjadi wanita karier ternyata tidak mudah bagi saya,karna problem yang tidak mau menggunakan jasa pengasuh membuat saya harus membuat keputusan "working moms or IRT". Tidak ada yang salah dengan menjadi seorang IRT, karna itu adalah job desc yang mulia,suami dan anak terlihat di depan mata begitupun pekerjaan rumah yang menumpuk puk puk.